12  Bunga-bunga bersemi

Semenjak Jean, Cindy dan saya naik dalam mobil, saya sudah menyadari adanya sesuatu yang kurang beres. Tapi untuk sementara hal itu masih didiamkan. Namun kemudian Jean memulai komentarnya, „Dari wajahmu, saya dapat melihat bahwa engkau telah melewati banyak rintangan Eileen. Kamu nampak jauh berubah sejak kita berpisah bulan September yang lalu. Saya dapat merasakan pergumulan imanmu yang berat bersama Tuhan!“ Saya hanya mampu mengangguk oleh karena pikiran saya masih diliputi kenangan tentang perpisahan saya dengan Joey dan Michael yang baru saja berlalu. Dengan rasa terimakasih Jean dan Cindy melanjutkan ceritanya tentang segala sesuatu yang telah terjadi di Airport barusan.

Sementara menanti ketibaan pesawat kami, mereka sempat berbincang-bincang dengan Jude dan Joe dan mendengar tentang segala persiapan mereka berdua untuk menyambut kedatangan kedua anak saya. Jean menjelaskan bahwa Jude dan Joe telah khusus mengambil cuti kerja dan mendatangi guru-guru tertentu di sekolah baru yang akan dimasuki anak-anak demi suatu persiapan khusus buat Joey. Jude juga telah memutuskan untuk kerja setengah hari saja, supaya dengan demikian ia selalu berada di rumah kalau Joey kembali dari Taman Kanak-kanak. Demikian juga Joe talah mengurangi aktivitas dengan demikian ia bisa memberi waktu lebih banyak untuk mereka. Mereka juga menceritakan pada kami tentang semua perabot baru yang mereka beli buat melengkapi kamar anak-anak!“ Semuanya itu saya terima sebagai berita baik!

Namun kecanggungan masih terselip di antara kami. Akhirnya Cindy mulai komentarnya, bahwa banyak orang telah meragukan kesaksian hidup saya melalui segala sesuatu yang telah terjadi, seharusnyalah saya bersedia mendengar nasehat orang lain. Kini saya mulai mengerti penyebab ketegangan di antara kami dan mencoba untuk mempercayai apa yang telah saya dengar! Hati saya terasa pilu.

„Baiklah Cindy“, jawab saya. „ Kita dapt membicarakan hal itu beberapa hari mendatang. sekarang saya belum punya kekuatan untuk itu!“ Saya berpikir, dengan kekuatan yang berasal daripaNya, kita dapat  melakukan lebih daripada apa yang pernah kita bayangkan.

Sejak detik itu tema pembicaraan dialihkan sampai kami tiba di rumah Cindy yang indah, dimana untuk beberapa hari saya akan tinggal. Beberapa orang dari gereja telah duduk mengitari perapian, dan nasihat sudah dimulai pada detik saya menginjakkan kaki dalam ruangan.

„Bukankah kamu tahu bahwa keputusanmu untuk menyerahkan kedua anakmu kepada Ayah mereka itu, telah merusak kesaksian orang kristen?“

„Kami berharap agar engakau benar-benar lebih bijaksana dan mulai cari kerja! Kamu harus kasih contoh dalam gereja, kamu ngerti ngak“

„Setiap kali kamu menyulitkan dirimu sendiri, kamu selalu berharap agar yang lain yang kena getahnya“

Tak seorangpun yang tertarik mendengar semua pengalaman iman yang luar biasa yang saya alami beberapa bulan yang lalu. Saya sama sekali tidak tahu bagaimna memberi reaksi atas serangan-serangan yang  begitu mendadak itu. Saya mulai diliputi rasa kebimbangan.

Kira-kira sejam kemudian, saya permisi untuk meninggaalkan mereka karena saya ingin menelefon kakak saya di Minneapolis, ternyata tidak ada yang mengangkat telefon. Kemudian saya menelefon orangtua saya. Saya berharap agar saya segera bisa pergi. Saya sangat merindukan keluarga saya dan berharap agar saya mendapat penghiburan dari mereka dalam masa kesedihan itu. Ternyata ibu saya yang mengangkat telefon.

„Ibu, saya sekarang kembali berada di Amerika dan ingin segera bertemu dengan kalian!“ Beliau menanyakan keadaan anak-anak dan perjalanan kami. Ayahmu dan saya sendiri berpendapat, adalah lebih baik jika engkau tidak segera dtang hari ini. Kami merasa adalah waktunya sekarang bagimu untuk memulai sesuatu yang baru dalam hidupmu dan ada banyak hal lebih baik uantuk dipendam. Kami yakin, inilah saatnya bagimu untuk mengambil tanggungjawab atas dirimu sendiri. Namun demikian kami senang jika engkau menyurati kami dan tetap berhubungan dengan kami!“

„Bagaimana dengan anak-anak, apakah ibu masih akan menghubungi mereka ?“
„Tentu, saya akan menelefon mereka sehari kemudian setelah mereka mulai merasa betah“ Beliau lalu menggantungkan telefon.
„Oh Tuhan“, jerit saya. Saya tahu perasaan mereka, namun apakah mereka tidak mengeti bahwa saat itu adalah saat yang paling buruk dalam hidup saya?“

Untuk mengatasi kepanikan saya saya coba kembali menelefon kakak saya. Kali ini ia ada di rumah. Dia menjelaskan bahwa ia sangat mengaharapkan kunjungan saya, namun saat itu mereka sedang mempersiapkan keberangkatan mereka untuk cuti, maka saya hanya bisa datang jika mereka telah kembali dari cuti. Penjelasannya sama sekali tidak menolong, namun kami dapat berbincang-bincang dengan baik untuk melegakan beban saya.

Saya kembali ke ruang tamu dan minta diri karena saya ingin sedikit istirahat. Ketika saya menutup pintu kamar saya, airmat sayapun mulai bercucuran. Untuk pertama kali dalam hidup saya berpisah dari kedua anak saya, oh, rasanya saya tidak mampu melukiskan rasa kesepian saya. Pada saat yang sama saya juga merasa dipisahkan dari kedua orangtua saya, ditambah lagi dengan tuduhan-tuduhan yang menghakimi dari pihak teman-teman! Saya tidak tahu berapa lama saya menangis.

Setelah menyadari kesedihan yang berkepanjangan itu, saya mulai mengalihkan pandangan saya pada sebuah tumpukan surat di atas meja di sebelah tempat tidur saya. Dalam kegelapan dengan bantuan sepercik cahaya, Tuhan mengarahkan pandangan saya pada sebuah surat yang berasal dari seorang percaya dari Eropa. Saya tidak pernah menceritakan penderitaan saya padanya– saya hanya minta anak-anak saya didoakan sebab dalam waktu dekat mereka akan berpisah dari ibu mereka. Pada malam pertama kepediahan itu, Tuhan telah menggunakan suratnya sebagai hadiah yang besar. Dalam lembaran pertama surat itu terpampang. „BAPA; SAYA TIDAK MENGERTI KEHENDAKMU; TAPI SAYA MENGASIHIMU!“ Seterusnya:

Yang kekasih Ny. Dorflinger,

Surat ibu bertanggal 4 Januari, yang telah menanti saya ketika saya kembali dari suatu perjalanan jauh sangat menyentuh hati saya. Trimakasih banyak atas surat tersebut dan kepercayaan ibu pada saya yang ibu nyatakan melalui isi surat itu. Kerinduan saya ialah, kiranya Tuhan kita Yesus Kristus akan menghibur ibu pada saat penderitaan yang besar itu dan secara khusus pada saat melalui jalan yang sukar itu, ibu dapat merasakan kehadiranNya dalam cara yang tersendiri.

Kiranya kata-kata dalam lembaran pertama surat ini akan menguatkan ibu untuk mengikutiNya sambil memikul salib, tanpa menghiraukan harga yang harus dibayar, sebab oleh kasihNya buat kita, Ia telah terpisah dari Bapa dan dari kemuliaan Sorgawi. Dia mengerti penderitaan ibu dan Dia akan menghasilkan buah-buah kekekalan dari jalan penderitaan itu. Letakkanlah segala imanmu pada YesusKristus. Ia senantiasa memberi pertolongan dalam kesulitan sebab Dia adalah kasih dan Dia mengasihimu secara pribadi. Jika ibu meyakini halitu maka ibu akan mengalaminya sendiri.

Dengan segenap hati saya menyerahkan ibu dan kedua anak kecil ibu pada Bapa kita yang di sorga. Ia akan memelihara dan membimbing mereka lebih dekat kepadaNya.

Dalam kasih kita dipersatukan.“

Bagaikan anak kecil saya menyelipkan surat tersebut di bawah bantal dan dengan airmata saya tertidur.

Keadaan itu tidak membaik. Keesokan harinya saya menelefon seorang teman untuk memberitahukan tentang kedatangan saya. Satu-satunya yang menyambut berita itu secara positip hanyalah Marcia di Pennsylvania! Setelah berbicara dengan banyak orang hari-hari berikutnya, saya mulai menelaah kejadian itu. Nampaknya segala sesuatu yang saya ceritakan persurat dari Israel hanya melayang diudara tanpa manfaat. Bahkan permohonan saya atas bantuan mereka dalam kekuangan (dimana tak seorangpun memberi reaksi) dianggap sebagai angin lalu. Seolah-olah taiap orang mengira bahwa saya ingin mengumpulkan persembahan besar-besaran dan tak seorangpun yang percaya bahwa saya hanya mengaharapkan satu dollar dari tiap orang oleh karena keadaan yang sungguh mendesak. Seseoarang yang beriman kerdil dengan marah berkata: „Berani-beraninya kamu minta uang sebelum natal dimana kami telah memberi yang harus berikan.

Kekacauan telah mulai muncul ketika seseorang menerima surat itu dan memperbincangkannya dengan yang lain. (Saya sama sekali tidak dapat memahami pandangan mereka yang menganggap bahwa saya belum lahir baru. Dalam „Kristen dan Kemakmuaran“ tidak ada konsep penderitaan melainkan hanya kesuksesan. Mereka ini telah mengutus saya ke Israel dengan pengaharapan yang besar, tanpa menyadari bahwa Tuhan menghendaki pengenalan yang dalam bagi mereka yang akan menghasilkan buah-buah yang kekal.) Setelah mendengar sangahan-sanggahan mereka, saya mengerti bahwa mereka bahkan tidak menyukai orang kristen seperti saya! Nampaknya hari itu setan telah mendapat tempat.

Hal itu juga mempengaruhi Advokat saya, Mr. Bruce. „Mengapa kamu tidak menghubungi saya dari Israel?“ , demikianlah reaksinya yang pertama ketika saya menelefonnya. Dia begitu tersinggung sebab saya telah mengalihkan hak saya untuk merawat anak-anak pada ex suami saya tanpa terlebih dahulu minta persetujuan beliau.

„ Oh, Bruce, kamu tidak tahu bahwa saat terakhir kamu menolong saya, saya hampir tidak mampu membayar tunjanganmu, karena saya tidak punya uang!“ Dia sama sekali tidak mengerti keadaan saya lalu ia menceritakan sesuatu berupa peringatan. Katanya seseorang dari kantor perwakilan Jahudi di Jerusalem telah menyebarkan cerita tentang saya.

„Joe dan orangtuamu telah diberitahu bahwa engkau adalah seoarang ibu yang tidak bertanggungjawwab, dan jika seandainya tiket pesawat untuk anak-anakmu tidak segera tiba, kedua anak itu akan dimasukkan dalam suatu lembaga dan Joe tidak akan berhak lagi menemui mereka. Mereka juga telah mengatakan pada Joe bahwa kau telah melarikan diri, maka sebaiknyalah ongkos pesawatmu dikirim sesegera mungkin agar kau segera bisa kembali ke USA. Kami juga mendengar bahwa engkau sama sekali tidak pernah disuruh untuk meninggalkan kompleks imigrasi itu.“ Rupanya inilah sebab kesedihan orangtua saya; sehingga mereka mengirim tiket agar saya meninggalkan Israel! Dan itulah sebabnya Joe sampai menghubungi pihak senator! Hal ini sungguh tak masuk akal saya. Saya segera menelepon Joe.

„Joe, mengapa kamu tidak menceritakan tentang semua hal itu? Kasihan, pastilah engkau telah cemas setengah mati, bagaimna mungkin kamu dapat mempercayai issu buruk itu? Seharusnya kamu lebih bijaksana!“

„Saya tidak menceritakan hal itu padamu karena saya tahu bahwa engkau sendiri sedang menghadapi banyak persoalan. Dan saya baru mempercayai hal itu setelah kita berbibacara di telepon. Setelah mendengar keadaan yang sebenarnya darimu saya langsung mengerti bahwa itu semua adalah cerita bohong dan saya menjadi sangat marah pada orang tersebut.“ Setelah beberapa detk terdiam, ia meneruskan, „Omong-omong saya senang atas telepon, sebab kebetulan Michael sedang di Rumah Sakit. Dia terpaksa diopname oleh karena sesak nafas setelah kami tiba di rumah hari Senin yang lalu. Namun saya yakin dalam waktu dekat kami akan dapat menikmati suasana kekeluargaan. Sementara ini, keadaan itu bahkan memberi peluang bagi kami untuk dapat membagi waktu bagi mereka masing-masing.“

Airmata saya bercucuran. Saya hanya bisa membayangkan si kecil Mike yang malang terbaring tiga hari di rumah sakit dan tidak bisa mengerti mengapa ibunya tidak muncul-muncul!

„Joe, saya harus segera mengunjunginya!“

„Malam ini Jude akan membezoeknya, sebaiknya kamu mengunjunginya sepanjang hari besok!“ Setelah berterimakasih dan meletakkan gagang telepon saya terhenyak tanpa daya dan putus asa.

Keesokan harinya, Michael berdiri di pintu masuk menantikan kedatangan saya, sebab malam sebelumnya ia telah mendengar rencana kedatangan saya dari Jude. Sementara buat saya pagi ituadalah akhir dari suatu malam yang berkepanjangan. Saya dapat merasakan kebingungan dan kekacauan hatinya atas perpisahan kami dan saya bagaikan orang terhilang dan tak tahu nmau buat apa.( Menyadari penyebab kehancuran hati Mike dan Joey adalah perasaan yang paling melukan. Mereka masih begitu muda– baru empat dan delapan tahun!)

Kondisi tubuh Mike telah cukup baik hari itu, sehingga saya mendampinginya sampai Joe datang menjemputnya. Saya berjalan di sisi kursi rodanya (pada umumnya pasien yang dibebaskan di antar dengan kursi roda); Sepanjang hidup saya, saya tidak akan dapat melupakan expressi kepiluan hatinya ketika ia menggemgam tangan saya sepanjang jalan sampai ke mobil. Saya sama sekali tidak dapat menghiburnya, dan tidak mampu untuk menjelaskan sesuatu padanya. Hanya Yesuslah satu-satunya yang dapat mengobati luka hati kami berdua.

„Saya akan menjengukmu hari sabtu,“ ucap saya sambil memandanginya sampai mobil mereka menghilang.

Sebelum saya kembali ke rumah Cindy, saya membutuhkan waktu untuk menyendiri mencari ketenangan. Saya mengenangkan kembali pada saat-saat saya bersama anak-anak di Israel. Saat itu nampaknya sangat mustahil bagi saya untuk berpisah dari mereka. Saya tidak dapat membayangkan hal-hal yang akan terjadi. Hal ini semua sangat membingungkan saya. Saya tidak mengerti mengapa semua ini harus terjadi, mungkinkah saya telah membuat suatu kesalahan besar. Dan yang paling celaka, saya sama sekali tidak dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam keadaan itu. Dalam bulan-bulan terakhir ini saya jarang merasakan kehadiranNya! Saya berdoa, „Tuhan, saya sangat terbatas untuk mengerti keadaan ini. Saya tidak bisa merasakan penyertaanMu, namun saya akan terus percaya bahwa semua ini adalah kehendakMU. Nampaknya Engkau amat jauh! Namun saya menerima semua ini daripadaMu.“ Dan saya mencoba untuk tertawa ketika saya menyebut, „Mengapa Engkau menubuatkan pada saya untuk menulis sebuah buku? Siapa yang akan suka membaca buku dengan kisah yang sedemikian kalut?“ Waktu berlalu, namun kekalutan saya tidak berubah, bahkan semakin memburuk. Saya memutuskan untuk mengunjungi seorang teman bernama Cladia dalam perjalanan pulang ke rumah Cindy. Setelah beberapa lama di sana bel berdering dan Jimmy masuk. (Seserang yang saya setelah saya bercerai dan sebelum saya menerima Yesus). Satu-satunya yang saya dambakan untuk bertemu di sini. Nampaknya inilah pencobaan Setan yang paling dasyat. Oleh karena akhir-akhir ini baik tubuh maupun jiwa saya banyak mengalami ketegangan kini dengan kondisi yang amat lelah, orang ini datang. Orang yang pernah menarik simpati saya. Secara intuitip saya tahu dia juga masih ada perhatian pada saya. Cukup dengan selangkah lebih maju, saya pasti akan berada dalam pelukan seseorang yang dapat menghibur dan membentengi saya. Betapa mudahnya hal ini bisa terjadi dalam keadaan demikian! Namun Puji Tuhan, saya masih sadar akan kasih sejati dari Yesus dalam hidup saya! Saya tahu bahwa tiada yang dapat membenarkan saya jika saya menyakiti hatiNya dengan alasan ini!

Sama halnya, Jimmy sedikit heran melihat saya ada di sana! Dia begitu heran sampai-sampai ia telah menelan lima kue Donat, kering tanpa minum setegukpun secara tidak sadar! Kami bertiga bercakap-cakap dan saya menceritakan jamahan tangan Tuhan dalam hidup saya pada Jimmy sebelum saya kembali ke rumah Cindy.

Kasih saya pada Yesus telah memelihara saya dari tindakan yang salah namun hati saya masih terasa hampa dan bimbang.

Ketika saya masih di Israel, saya telah menerima beberapa surat dari persekutuan-persekutuan doa di Amerika yang mengundang saya untuk mengunjungi mereka. Saya mengatur jadwal agar hari-hari sebelum weekend dimana saya mengunjungi anak-anak, dapat saya padati dengan jadwal kunjungan. Di sini saya boleh tinggal untuk beberapa hari, tapi saya tidak punya uang maupun kenderaan untuk bepergian!

Claudia mengusulkan agar saya membicarakan hal itu dengan Tony, seorang dealer mobil second hand dimana dia sendiri membeli mobilnya. Maka hari berikutnya saya menemui oarang itu. saya memberi nama saya dan menjelaskan bahwa saya datang atas anjuran Cladia untuk menyewa mobil untuk beberapa bulan.

Apakah ibu orang yang diceritakan Cladia, yang pernah memberikan tempat itnggal buat Claudia beberapa bulan lamanya?, tanyanya. Dua tahun yang lalu, ketika saya masih tinggal di Connecticut, suatu pagi saya mengunjungi tetangga untuk secangkir kopi, dan tetangga tersebut menceritakan pada saya bahwa seorang kenalannya bernama Claudia telah diusir suaminya bersama dua anak kecilnya dari rumah, sehingga dia tidak tahu lagi mau tinggal dimana! Walaupun saya belum pernah mengenalnya, saya langsung mengajak mereka untuk tinggal di rumah kami, sampai dia menemukan apartement untuk mereka sendiri. Hati Tony sangat tersentuh ketika ia mendengar dari Claudia, bahwa seseorang yang tak dikenal menyediakan rumahnya untuk orang lain begitu saja. „Coba dengar“, katanya. „Kamu boleh datang kembali, saya akan menyiapkan sebuah mobil kecil buatmu selama enam bulan tanpa bayar. Kamu telah berlaku baik terhadap seseorang, mungkin saya juga bisa berbuat baik buatmu.“Saya jadi terpukau tanpa kata-kata!

Mobil yang dipinjamkannya adalah sebuar Vega 1971 berwarna biru, saya sungguh menyukainya pada saat pertama kali saya melihatnya! Saya tidak bisa mempercayai bagaimana Tuhan menyediakan segala sesuatu. Saya berterimakasih pada Tony dalam keharuan.

Hari berikutnya saya berangkat menuju rumah Dr.Reid, sebagai kunjungan pertama saya sejak saya tiba kembali di Amerika. beliau begitu gembira menyambut kedatangan saya! Mengherankan sekali, sebab beliau telah berpindah Gereja dan sama sekali tidak mendengar sedikitpun tentang saya. Beliau sama sekali tak tahu menahu tentang semua issue tersebut! Beliau segera mengundang saya untuk berbicara di depan jemaatnya pada malam harinya, dan kami sangat bersyukur atas pertemuan kami hari itu! Persis sebelum saya meninggalkan Gereja itu, Ny.Reid menyelipkan uang sebanyak $80.00 ditangan saya. „Kami merasa ini dadalah benih persembahan untuk perjalananmu dengan harapan Tuhan akan melipatgandakannya!

Kini saya punya uang untuk perjalanan saya mengunjungi Marcia di Pennsylvania sebagai awal dari perjalanan saya dan saya punya mobil. Yesus telah menyediakannya!

Saya kembali ke rumah Cindy dan cepat-cepat tidur. Keesokan harinya, ketika saya menuruni tangga menuju dapur untuk sarapan pagi, saya mendengar Cindy dan beberapa tetangganya sedang berbnincang-bincang di dapur.

„Saya pikir hal itu sama sekali tidak benar“, ucap seseorang. „Tidak, seorang ibu seharusnyalah bertanggung jawab atas kebutuhan anak-anaknya bukan hanya mendabakan pertolongan orang lain tanpa kerja, dan kesaksiannya sungguh amat jele!“ Mata saya jadi terbelalak. Masing-masing memberi komentar. Mendengar semua itu, saya mulai meragukan diri saya sendiri. Saya telah menjelaskan pada tiap-tiap orang yang mengeritik saya, bahwa panggilan saya mungkin lain dari mereka walaupun hal itu tidak berarti sama sekali salah!“ Tapi kini setelah  melihat semuanya berkembang buruk, saya mulai heran. Saya coba mengatasi kepanikan saya sendiri, dan menuruni tangga menuju dapur berlaku seolah-olah saya tidak mendengar pembicaraan mereka. Saya tau bahwa saya sudah cukup mendengar celaan-celaan buat saya, maka saya meencanakan akan segera meninggalkan tempat itu setelah sarapan pagi. Saya memutuskan akan memulai perjalanan saya pagi itu, tidak ada lagi yang perlu ditunggu!

Setelah sarapan pagi Cindy memulai pekerjaannya dan yang lain masing-masing kepekerjaan mereka sehari-hari. Saya tidak tega meninggalkan rumah tersebut begitu saja ketika saya melihat piring-piring kotor berserakan di sana. Baiklah, saya akan meninggalkan rumah ini setelah saya mencuci piring pikir saya sambil melangkan menuju tempat cuci piring.

Tiba-tiba Tuhan membiarkan saya benar-benar merasakan rasa terpencil sendirian dalam kehampaan yang sedang dialami Cindy. Perasaan yang begitu nyata sampai-sampai saya menitikkan airmata!

Ketika Cindy kembali, saya menceritakan hal itu pada Cindy! „Cindy, ketika saya sedang mencuci piring Yesus telah menolong saya untuk melihat bahwa engkau sangan kesepian akhir-akhir ini! Iapun mulai menangis.

Winter yang lalu adalah saat yang paling jelek buat saya, ucapnya. Saya menjelaskan betapa Yesus terus-menerus sendirian bahkan pada saat orang banyak mengelilingiNya, sebab tak satupun yang sungguh mengertiNya. Namun Ia tidak pernah mereasa kesepian oleh karena kehadiran Tuhan sang Bapa yang terus-menberus (kecuali ketika Ia di kayu salib).

„Sama halnya Cindy, engkau tidak perlu merasa kesepian! Yesus dapat memenuhi kekosongan hatimu! Bolehkah saya berdoa agar Tuhan memenuhi hatimu dengan pengetahuan akan kehadiranNya dan kasihNya yang besar?“ Ia mengangguk dan kami berdoa bersama-sama.

 „Saya merasa bagaikan beban berat telah terangkat dari saya“, ucapnya

„Ingatlah, bahwa Dia adalah teman asejati buatmu, jika engkau merasa kehilangan teman Cindy, maka engkau tidak perlu lagi merasa kesepian. Dia akan senantiasa bersamamu!“

Saya berjalan kembali menuju kamar saya dengan perasaan yang mirip dan tertekan. ketika saya bertelut dalam doa dengan ucapan syukur, Tuhan secara tak diduga berbicara dalam hati saya:

„Segala sesuatu yang pernah engkau kasihi, kini telah diambil daripadamu. Engkau berdiri tanpa daya di sisinya, satu persatu mereka akan menghilang daripadamu. Engkau tidak memiliki apa-apa lagi di dunia ini. Oleh karena terang yang engkau pancarkan, engkau merasa ditinggalkan bahkan merasa Saya tinggalkan. Namun engkau masih mampu menghampiri orang lain dengan kasih.“

Kemudian didepan mata saya, saya melihat sebuah buku kecil di sudut sebuah rak, yang sebelumnya tidak menarik perhatian saya. Saya mengambilnya dan merasakan pengurapan baru daripadaNya. Buku itu berjudul, Dengan Kasih Untukmu oleh Louis Untermeyer. Inilah isisnya:

„Kasih adalah impian di bumi 
Jika Bintang-bintang menjadi redup
Digantikan sang Fajar mulai menyinngsing
Satu hari baru telah lahir...

Kasih adalah kepenuhan Allah...
Tak terhingga dan atak terbatas
Anugrah yang diturunkan
Dari Mata Hari maupun Hujan
di Gunung maupun di Lembah...

Hujan lebat
Harta terpendam
Dan penghujung sang Pelangi...

Kasih adalah pendatang kehidupan
Rumput hijau
menjelang musim semi...
mempersembahkan kuntum bunga
Kebahagiaan bagi manusia
Dan Madu bagi lebah...

Seruan dari Lembah
Jawaban sang Samudra
Ketika semuanya mengagumkan
Dan memancarkan warna suatu perasaan

Gemuruh keagungan maupun  deru ombak
serta lambaian...
Seluruh bumi bersenandung

Namun Awal maupun Akhir...
Waktu sekarang, waktu mendatang,
dan waktu yang telah berlalu...
Berlalunya kenangan dan keyakinan...
Bumi di sini dan Langit di sana...
Permulaan telah lalu..
Selamanya baru...
Kasih adalah Engkau

Dan ketika saya membalik lembaran terakhir, air mata mulai mengenagi pelupuk mata saya oleh kehangatan kasihNya –Bunga mawar mulai bersemi.

Saya tahu itu adalah Anugrah kasihNya yang telah dinubuatkan sebelumnya – Engakau membutuhkan waktu yang cukup lama sampai engkau dapat menerima dirimu sendiri... tetapi jika engkau melakukannya, engkau akan menjadi seperti bunga yang berkembang...“!

Kemudian Ia menolong saya untuk mengerti, bahwa ketika saya bergerak menuju bak cuci piring, kasih mulai bersemi di hati saya. Detik-detik yang harus menjadi kenangan dalam hidup saya.

Hari berikutnya saya mengunjungi Michael dan Joey kembali pada akhir minggu pertama sejak kami berpisah.Mereka menceritakan tentang kehidupan baru mereka dan nampaknya mereka gembira. Demikian halnya dengan saya, semakin yakin bahwa hidup mereka akan semakin terpelihara dan terjamin!

Satu hal saya ucapkan pada mereka dalam pembicaraan kami, „Jude belum pernah menjadi seorang ibu sebelum kalian berada di rumah itu dan dia tidak sama dengan saya dalam mengerjakan banyak hal, namun kalian harus ingat, dia sangat menyayangi kalian!“

„Mam, saya lebih suka dia, sebab dia tidak pernah merepet dan tidak marah kalau saya mengambil apa saja waktu sarapan!“, ucap Michael menjawab.

Anak-anak begitu menyenangkan!

Sebuah kunjungan yang baik, namun berat juga sebab saya tak mampu meredakan gemuruh hati saya. Kami berjanji untuk bertemu dua minggu kemudian.

Hari berikutnya saya berangkat menuju Marcia di Pennsilvenia. Saya tinggal di sana dengan keluargnya selama lima hari dan sebagaimna biasa kami bercerita tak putus-putusnya! Kami adalah sahabat lama, betapa menyenagkan dapat bertemu kembali! Dia juga sangat terkejut mendengar segala celaan yang saya terima sejak kepulangan saya dari Israel, sebab dia sendiri sama sekali tidak mendengar apa-apa tentang saya. Terlalu banyak cerita yang ingin kami perbincangkan.

Di sana saya membuat perencanaan kunjungan saya pada persekutuan-persekuan yang telah mengundang saya.

Semuanya berlalu terlalu cepat, waktu kami untuk bersama hampir berakhir, dengan sedih saya harus mengucapkan selamat tinggal.

Selangkah kehidupan saya di sisiNya telah berlalu.